Pengalaman Seorang Introvert
Aku pernah berada di fase itu, merasa ingin menyerah menjalani hidup, bertahan dan berjuang sendirian. Tak punya teman curhat, tak punya sahabat dekat. Ditambah lagi aku seorang introvert bertipe melankolis-plegmatis, lengkap sudah penderitaanku.
Bapakku hanya bertanya keadaanku sekadarnya saja. Ibuku apalagi, hanya bisa menyuruhku melakukan sesuatu, jika tidak sesuai harapan beliau akan menyalahkan dan menasihati aku harus begini begitu. Capek dengan kondisi stres seperti ini bertahun-tahun lamanya.
Alhamdulillah setelah menikah, aku punya teman curhat. My hubby selalu mendengarkan keluh kesahku, dia tempatku bersandar di kala lelah dan galau melanda. Semua masalah jadi terasa ringan karena kami hadapi berdua. Kami saling menguatkan, dan berjanji untuk menua bersama hingga ke surga.
Tidak apa-apa aku telat nikah, yang penting bisa dapat yang sempurna. Daripada nikah muda tapi jadi janda di usia muda. He he he
Komentar
Posting Komentar