Terjerat Utang Riba Bank Plecit (2)
kisah tahun 2017 silam
Part 2
Bulan Desember 2016, adik perempuan suamiku datang untuk mengambil
lemari es bekas yang sebelumnya kugunakan. Kulkas bekas itu kubeli beberapa
bulan yang lalu dari salah seorang tetangga kami yang sudah memiliki kulkas
baru. Memang sengaja kuberikan padanya sebab dia sedang kesulitan keuangan dan
berniat membuka usaha sehingga membutuhkan kulkas.
Bulan Januari 2017, kami membelikan lemari es yang baru untuk
Emak. Sebab kulkas yang lama sudah kuberikan pada adiknya suamiku, dan Emak
memang membutuhkan kulkas untuk membuat es batu serta es teh di warung sotonya.
Daun jendela kamar yang rusak juga sudah kami betulkan dengan memanggil tukang
kayu. Kupikir kami akan seterusnya tinggal di sini, karena suamiku memiliki
separuh dari hak kepemilikan tanah ini.
Ternyata pada bulan Maret 2017, suamiku mengajakku pindah ke
rumah kontrakan. Sebab sudah tidak tahan lagi tinggal di rumah yang setiap hari
didatangi oleh rentenir yang menagih utang. Suamiku sudah muak karena sudah
habis 15 juta membantu membayar utang Emak, tetapi bukannya makin berkurang,
boro-boro lunas, malah makin menumpuk saja utangnya. Benar-benar mencekik leher
jika terjerat utang riba bank plecit itu. Tersebab sudah tidak tahan lagi,
suamiku kemudian bergerak mencari rumah kontrakan. Karena keburu pindah,
jadilah kami mendapat kontrakan di tempat yang lumayan jauh dari rumah mertua, lokasinya
dekat dengan wilayah kota.
Sebenarnya aku dilema dengan kepindahan ini. Karena suamiku
memiliki usaha warnet dan game online yang aku kelola di rumah. Masih cukup
banyak anak-anak yang main ke rumah, dan sebelumnya kami berencana
mengembangkan usaha tersebut dengan membeli mesin fotocopy dan printer yang
bagus. Tujuannya supaya bisa menambah usaha jasa print, rental, pengetikan, dan
semacamnya yang dapat aku kerjakan sendiri. Namun rencana itu tak dapat
dilaksanakan jika kami jadi pindah dari rumah ini.
Ya sudahlah, kuputuskan untuk meninggalkan usaha itu dan
ikut suami untuk pindah. Kuceritakan juga masalah ini pada adiknya suamiku yang
tempo hari mengambil kulkas. Dua hari sesudah kami pindah, adiknya suamiku itu pun
memutuskan kembali ke rumah ini untuk tinggal bersama menemani Emak. Dia tinggal
di sini hanya berdua dengan anak satu-satunya yang bersekolah di TK karena
sedang ada masalah dengan suaminya yang bekerja di Jakarta. Kulkas bekas yang tempo
hari kuberikan padanya sudah dia jual murah kepada temannya di kontrakannya.
Emak sudah tak memiliki cara apa pun untuk membayar cicilan
utangnya yang sudah menggunung. Setiap hari Emak hanya bisa berdoa dan pasrah
kepada Allah supaya dibukakan jalan untuk melunasi utang. Kabar burung mengenai
rumah yang ditempati Emak ini akan dijual pun beredar ke tetangga sekitar. Namun
Emak tetap bertahan tinggal di rumah ini. Beliau tidak berpikir untuk menjual
rumah satu-satunya peninggalan buyut dari suaminya. Setiap ada rentenir yang
datang menagih utang, Emak mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena
sudah tidak mempunyai uang sama sekali.
Bapak mertuaku yang biasa kami panggil Pae, juga sudah
pulang dari bekerja. Beliau bekerja sebagai tukang batu di tempat yang jauh, pulangnya
tidak tentu, terkadang berbulan-bulan baru pulang. Pae pun kaget dan shock
melihat kenyataan Emak yang terlilit utang besar. Pae marah dan menyalahkan
Emak. Karena kesal pada Emak, Pae hanya menginap tiga hari saja di rumah. Kemudian
pada hari keempat, beliau pergi dari rumahnya itu dan ikut menginap bersama
kami di rumah kontrakan kami selama dua pekan lamanya hingga lebaran tiba.
Sesudah lebaran, adiknya suamiku meminta bantuan kepada
temannya di provinsi lain yang bersedia membayarkan utang Emak. Total utang
Emak sudah tinggal 10 juta dan langsung dilunasi oleh temannya tersebut. Emak
senang sekali mendapati kenyataan bahwa utangnya dapat dilunasi. Tadinya beliau
berpikir entah dengan cara apa harus membayar utang yang menggunung ini.
Emak bersyukur rumah ini tak sampai dijual untuk menebus
utangnya. Ada orang baik dan dermawan yang dikirim Allah untuk melunasi utang
Emak. Dan orang itu tidak meminta uangnya dikembalikan, dia ikhlas membantu
orang kecil macam Emak yang sedang kesusahan karena terlilit utang. Pae juga
senang karena utang Emak telah lunas. Beliau mau kembali lagi ke rumah.
Komentar
Posting Komentar